Kemarin siang, Minggu 20 Maret 2011, aku berkunjung ke rumah Angger, salah satu teman nge-blog-ku. Sebelum berangkat aku sempatkan dulu untuk mencatat alamat rumahnya yang ada pada dasbor/blognya. Dengan teliti kucatat alamatnya secara detail, namun tak kutemukan alamat secara lengkapnya, seperti Rt/Rw atau pun gang-nya. Aku hanya mencatat apa yang tercatat di blog miliknya. Begini : Jl. Batu Ampar 3/12 Condet Raya, dan beberapa nomer kontak handphone milik keluarganya. Kemudian berpamitan kepada beberapa pengurus yang kebetulan sedang ada di lantai bawah. Aku sengaja tidak menyantap makan siangku terlebih dahulu. Dengan harapan, aku akan cepat sampai pada tujuan dan aku dapat sejenak beristirahat di sana.
Di lantai bawah, ada beberapa pengurus yang memang menetap di Sanggar kami, di antaranya : sebut saja Deasy dan Yohanes. Deasy sudah kuanggap sebagai Ibuku ketika aku berada di Sanggar ini. Begitu juga dengan Yohanes, ia sebagai Bapakku. Namun itu tidak berarti aku tidak menganggap orang tua kandungku yang berada di kampung. Setelah berpamitan, aku minta sebagian uang tabunganku untuk transport dan membeli makanan-minuman ringan di jalan nanti. Dengan segera Ibu Deasy merogoh tas lengannya dan menyerahkan uang sebesar limapuluh ribu rupiah kepadaku. Dan aku kecup punggung tangannya untuk kedua kalinya. kemudian bergeser sedikit ke sebelah kiri dan minta ijin untuk menelpon Ibu Banun (Ibunya Angger) pada Yohanes, "Bang, aku minta pulsanya dong, untuk nelpon Ibu Banun. Boleh enggak?" Tanpa menunggu ia menjawab, aku langsung gunakan telpon genggam miliknya. Lalu kemudian menghubungi Ibu Banun. Setelah mendapat kejelasan, bahwa Beliau ada di rumah bersama anak-anaknya, baru saya berangkat ke Condet.
Dalam perjalanan menuju Rumah Angger, tidak hanya sekali sampai tujuan. Aku harus naik transportasi umum. Angkot pertama yang membawa saya hanya sampai PGC(Pusat Grosir Cililitan). Karena takut akan tersesat lebih jauh, saja memutuskan untuk tidak naik angkot. Jadi saya jalan kaki menuju rumah Angger dari PGC.
Dalam dari perjalanan ke rumah mereka, saya berkali-kali menanyakan alamat yang kubawa kepada orang-orang yang lalu-lalang di di sampingku. Kebanyakan dari mereka hanya menunjukkan di mana letek Jl. Batu Ampar 3. Begitu sampai di Jl. Batu Ampar 3, kembali saya tanyakan keberadaan Rumah Kel. Ibu Banun. Jawaban yang saya dapatkan dari seluruh orang yang saya tanyai sama, tak satu pun dari mereka mengetahui rumah kediaman Kel. Ibu Banun. Terpaksa aku harus mencari kediaman mereka seorang diri. Dengan seluruh tenaga yang tersisa, aku terus melanjutkan pencarian. Meskipun pada dasarnya aku sangatlah lapar dan haus untuk melanjutkan perjalanan yang melelahkan ini.
Berkali-kali aku mendatangi konter hp untuk sekadar meminta telepon dan nyatanya harus bayar dua kali-lipat dari pulsa yang kugunakan.
"Payah banget si ini dunia, semua seba berbayar." Sindirku padanya dalam hati.
Hasil dari menelpon Ibu Banun, hanyalah, pengarahan yang tak begitu jelas unutk orang awam seperti aku ini. Aku kan jarang berkeliaran keluar Sanggar. Tak apalah, toh, usahaku tidak akan sia-sia.
Setelah kurang-lebih 3 jam malakukan pencarian, akhirnya aku menemukan Angger di depan Indomart. Ia terlihat sangat kecewa sekali kepadaku. Yang harusnya sampai sebelum pukul satu siang tadi, aku baru bisa menemukan mereka pukul tiga sore. Sangat melelahkan. Setelah kami berdua bertemu, segera ia melepas kekecewaannya padaku, "Ihh.., ka'Etta lama banget si,,, aku dah nunggu dari tadi tau di rumah bareng Ibu dan Enggar(adiknya), ya sudah, nanti mau ya temani aku Ke Pondik Gede buat daftar Try out!" Aku tak menanggapinya, dan langsung mengikuti langkah kecil namun cepatnya.
Setelah sampai pada beranda rumahnya, ia mengadu pada sang Ibu,
"Ibu, ini Mas Etta baru ketemu. Dan muter-muter katanya, dan malahan sempat lewat depan rumah ini, cuma Mas Adnannya tidak tahu, kalau ini rumah kita."
Begitu ia masuk, aku pun menyertainya di belakangnya. Tanpa dipersilakan duduk, aku sudah duduk mendahului mereka. Lalu,
"Aku capek, Bu. Muter-muter terus dari tadi, dan nggak nemuin alamatnya yang aku bawa dari sanggar."
"Memangnya kemu dapet alamatnya dari siapa?" Tanya Ibu banun terheran-heran padaku.
"Dari posternya B.A.B.E-nya Angger yang ada di blog." Seruku menanggaoi pertanyaanya. Kemudian Ibu tertawa, entah di mana letak kelucuannya. kembali ia menegaskan, " Etta sayang, itu kan alamat rumah yang lama, kamu itu gimana, tidak tanya-tanya dulu. "Sudahlah, Bu. Yang penting aku sudah sampai tho?"
Ya beginilah akhir ceritaku pada waktu itu. Sungguh menarik sebenarnya, apabila kuceritakan kelanjutan dari kisah liburanku ke rumah Kel. Ibu Banun. Banyak hal yang menarik terjadi di sana. Seperti, saat aku diajak main oleh Enggar. Ia mengeluarkan semua mainannya dari kotak dan lemari mainannya. Aku disuguhi pelbagai macam mainan, dari yang sederhana sampai yang memerlukan pemikiran. Seru deh, intinya....
Nanti kan kulanjutkan kebali di Postingan yang akan datang.
komen ini hanya sekadar mengecek kerusakan mesin komen saya....
BalasHapus