My Bad Experience

Hari itu sangat menjengkelkan buatku. Jumat siang, setibanya dari sholat jumat di Masjid Jami’ Al-Hidayah, aku mendapati sekeping koin yang terjatuh dari saku celana salah seorang pelajar SMA di daerah Jakarta Timur. Tiba-tiba saja, orang itu berbalik ke arahku dan tanpa memberi lihat kondisi sekitar, ia langsung memukuliku. Tak daya aku melawannya. Ia berperawakan besar dan tinggi.

Rasanya aku sedang terkena perangkap setan. sesaat, aku melawan, tapi tak ada hasil. Ia tak memberiku kesempatan untuk berbicara. ia selalu menghentikan kata-kataku, sembari terus menhujani wajahku dengan kepalan-tangannya yang besar. katanya, “Woy, nyet, itu duit gue, ngapain lo ambil-ambil...!” Dengan rasa was-was dan takut yang kian memuncak. Aku mencoba  menghindari pukulan yang tak bisa kutahan sakitnya. Walhasil. Wajahku tetap saja bonyok.

Apa salahku padanya. Bahkan bertemu dengannya pun aku belum pernah, apa lagi cari masalah atau mengusiknya. Andaikan tubuhku lebih berisi daripadanya, aku akan sesegera mungkin menahan pukulannya. Kalau perlu, kumeminta penjelasannya dan kupukuli balik(joking). Aku tak tahu kalau sedang dijebak olehnya. Kalau aku tahu pun, mana mungkin aku lewat daerah situ. Orang itu terlihat seperti preman yang kehabisan uang. tampilanya acak-adul dan kumal seperti gembel sekolahan.

sudahlah, semoga hari ini tidak terulang lagi untuk ke depanya. Ini bisa menjadi pelajaran, buat orang yang masuk ke daerah lain dan membuat onar. Setelah mendapatkan uangku, mereka kabur. Aku pun melangkah pulang dengan muka ungu-ubi.

Begitu sampai di rumah, aku jalan seperti biasa, tapi, aku sedikit menunduk dan menutup kepalaku dengabn tangan kanan. Tangan kiriku, kupergunakan untuk menehan sakit kakiku karana ditendang  oleh preman tadi. Tanpa menghiraukan sekitarku, dan terus jalan dan naik ke kamar.

Jakarta, 10 juli 2010